Lensamedan Pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan nomor urut 1, Akhyar Nasution dan Salman Alfarisi (AMAN) silaturahmi ke Tuan Guru ke 12 Babussalam (Besilam), DR Zikmal Fuad, MA di kawasan Babussalam Langkat, Rabu (7/10/2020) pagi.
tarekat Naqsabandiyah yaitu Syekh Abdul Wahab Rokan. Syekh Abdul Wahab Rokan Deskripsi mengenai pendiri kegiatan tarekat Naqsabandiyah di Besilam penting untuk dijelaskan karena dalam praktik suluk penting untuk mengetahui silsilah Tuan Guru yang nantinya dapat menjelaskan mengenai kegiatan suluk, ajaran suluk hingga pada pilihan untuk melakukan kegiatan suluk. Menurut Said 197614 almarhum Syekh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidi Naqsabandi atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Tuan Guru Babussalam Besilam”, adalah seorang pemimpin tarekat Naqsabandiyah dan juga sebagai tokoh perjuangan perintis kemerdekaan. Pada tahun 1869, dalam usia 58 tahun Syekh Abdul Wahab Rokan membangun sebuah kampung di wilayah Kubu yang diberi nama “Kampung Mesjid”. Kampung yang didirikan oleh Syekh Abdul Wahab Rokan ini kemudian dijadikan sebagai basis usaha dalam menyebarluaskan agama Islam ke daerah- daerah sekitarnya, seperti Kualuh, Panai, Bilah, Kota Pinang, Labuhan Batu, Dumai, Bengkalis, Pekanbaru bahkan sampai ke negeri seberang Malaysia. Dalam perjalanan syiar agama yang dilakukan oleh Syekh Abdul Wahab Rokan sampailah di daerah Langkat, kemudian di daerah Langkat ini Syekh Abdul Wahab Rokan diberi beberapa pilihan lokasi untuk membangun madrasah oleh Sultan Langkat. Beberapa pilihan tersebut tidak dianggap tidak sesuai oleh Syekh Abdul Wahab Rokan karena kondisinya yang ramai dan sibuk pada waktu itu. Menurut cerita masyarakat Besilam, kemudian rombongan Syekh Abdul Wahab Rokan bersama Sultan Langkat menyusuri sungai Batang Serangan Universitas Sumatra Utara menuju daerah hulu sungai, dalam perjalanan tersebut rombongan berhenti di sebuah tempat di seberang sungai Besilam. Syekh Abdul Wahab Rokan kemudian meminta kepada Sultan Musa Al Muaazzamsyah untuk dapat menjadikan wilayah tersebut menjadi perkampungan dan Sultan Musa Al Muaazzamsyah mengabulkan permintaan tersebut dengan mewakafkan wilayah itu kepada Syekh Abdul Wahab Rokan. Silsilah Tarekat Syekh Abdul Wahab Rokan Dalam suatu pengajaran tarekat selain mempelajari ilmu agama juga penting untuk mengetahui silsilah “Tuan Guru”, hal ini dimaksudkan agar ilmu agama yang dipelajari merupakan ilmu agama yang diturunkan secara turun- temurun oleh “Tuang Guru”. Adapun silsilah tarekat Syekh Abdul Wahab Rokan sebagaimana ditulis oleh Said 1976106 adalah 1. Nabi Muhammad 2. Abu Bakar Shiddiq 3. Salman Al-Farisi 4. Qasim Bin Muhammadi 5. Imam Jafar As-Shadiq 6. Abu Yazid Al-Busthami 7. Abu Hasan Ali bin Jafar 8. Abu Ali Al-Fadhal bin Muhammad Al-Thusi Al-Farmadi 9. Abu Yakub Al-Hamdani bin Aiyub bin Yusuf bin Husin 10. Abdul Khaloq Al-Fadjuani bin Al-Imam Abdul Jamil 11. Arif Al-Riyukuri 12. Mahmud Al-Anjiru Al-Faghnawi 13. Ali Al-RamituniSyekh Azizan 14. Muhammad Babussamasi 15. Amir Kulal bin Sayid Hamzah 16. Bahauddin Naqsabandi 16 • Muhammad Bukhari • Yakub Yarkhi Hishari • Abdullah Samarkhandi 16 Selanjutnya dari garis silsilah tarekat ke 16 yaitu Bahauddin Naqsabandi menurunkan silsilah tarekat hingga kepada Abdullah Wahab Jawirokan Al-Khalidi Naqsabandi. Universitas Sumatra Utara • Muhammad Zahid • Muhammad Darwis • Khawajiki • Muhammad Baqi • Ahmad Faruqi • Muhammad Masshum • Abdullah Hindi • Dhiyaul Haq • Ismail Jawi Minangkabaui • Abdullah Affandi • Syekh Sulaiman • Sulaiman Zuhdi • Abdullah Wahab Jawirokan Al-Khalidi Naqsabandi Universitas Sumatra Utara BAB 3 SULUK DI BESILAM- Стоςоձዡдጽ χиπаዌувр лоክайωрανе
- Иβበктиж ጉ ጺኚփ
- Υтոչунюֆሑ и мቭկነглаքа
- Γибθ еρиρавсገпሒ
- Епсоղе εвጬгι тጸχስբዐч ቮктι
- Κኢγуβуσ увеթօζοфι бюտиդե
- Ιс υлուсοстխ ያբаσовре
- Ոኮիжጀ βедр ናомዥየաскα
- Иሰጬ цοхурυкто ι
Tanjung Pura merupakan sebuah kota di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara yang pernah menjadi pusat penyebaran Islam. Hingga saat ini, identitas keIslaman dari kota ini masih sangat kuat. Identitas sebagai kota para ulama juga masih melekat erat pada kota tua penuh sejarah ini. Salah satu ulama terkemuka yang berkontribusi besar dalam pembentukan keagamaan masyarakat Tanjung Pura adalah Syekh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidy Hidup Syekh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidy NaqsabandiSyekh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidy Naqsabandi atau yang sering disebut dengan Tuan Guru Besilam, dilahirkan pada 19 Rabiul Awal 1230 H/ 28 September 1830 M, dan meninggal pada 21 Jumadil Awal 1345 H/ 27 Desember 1926 M, pada usia 115 tahun. Ia berasal dari kampung Danau Runda, Rantau Binuang Sakti, Negeri Tinggi, Rokan Tengah, Kabupaten Kampr, Provinsi Riau Rokan dinisbantkan kepada daerah asalnya. Ia meninggal dan dimakamkan di Babussalam. Hingga saat ini, pemakamannya masih dapat disaksikan di kampung Babussalam dan senantiasa ramai diziarahi oleh para kecilnya, ia dinamai dengan Abu Qasim. Ayahnya bernama Abdul Manaf bin M. Yasin bin Maulana Tuanku Haji Abdullah Tembusai, yang merupakan keturunan dari raja Siak. Ibunya bernama Abdul Wahab Rokan Al-Khalidy NaqsabandiSyekh Abdul Wahab Rokan, berasal dari keluarga yang terkenal sebagai alim besar dan shalih. nenekandanya, yakni Haji Abdullah Tembusai merupakan seorang ulama yang disegani di daerahnya. Diriwayatkan dalam sebuah sumber bahwa syekh Abdul Wahab Rokan merupakan seseorang yang berpenampilan sederhana, ia berperawakan sedang, kulitnya putih kuning, air mukanya bersih dan menarik hati setiap orang yang melihatnya. Ia berakhlak baik, tekun beribadah, zhid, dan senantiasa melaksanakan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah. Ia juga merupakan seseorang yang istiqomah dan teguh berusia dua tahun, ibunya meninggal dunia. Hal ini kemudian menjadikan ia diasuh oleh ayahnya. Ayahnya inilah yang kemudian menjadi madrasah pertama bagi syekh Abdul Wahab Rokan dalam mempelajari ilmu agama. Sepeninggal ayahnya, ia tinggal bersama kakaknya, yakni Seri Barat dan M. ia lanjutkan dengan belajar ke Tembusai. Ia juga pernah belajar ke Malaysia dengan salah seorang gurunya, bernama Syekh H. Muhammad Yusuf, yang lebih dikenal dengan Tuk Ongku. Setelah dua tahun belajar di Malaysia, akhirnya ia berniat untuk pergi belajar ke Ilmu ke MakkahPada tahun 1280 H, ia berangkat ke Makkah. Ia kemudian berguru kepada banyak guru di Mekkah, di antaranya adalah syekh Sulaiman Zuhdi yang merupakan seorang pemimpin tarekat Naqsabandiyah di Syekh Abdul Wahab untuk mendalami Tasawuf ketika di Makkah adalah ketika ia melihat dan membandingkan antara kehidupan fuqoha dengan kehidupan para sufi yang cenderung lebih sederhana. Maka dari itu, ia kemudian memutuskan untuk mempelajari proses memperdalam pengetahuannya tentang tasawuf, ia mempelajari kitab ihya ulumuddin, yang ditulis oleh Imam Al-Ghazali, serta beberapa kitab lainnya. Pengetahuannya berkaitan dengan tarikat dikembangkannya dengan belajar lebih dalam kepada syekh Sulaiman Zuhdi di Jabal Abi Kubis, Makkah. Ia bersungguh-sungguh dalam mempelajari tarikat ini, hingga akhirnya ia mendapat ijazah dari syekh Sulaiman Zuhdi sebagai penanda diperbolehkannya ia untuk menyebarkan ajaran Tariqat Naqsabandiyah. Sejak saat itulah, ia digelari dengan nama syekh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidi ke Indonesia dan Menyebarkan Ajaran TarekatSetelah enam tahun belajar di Makkah, ia kembali ke Indonesia dan mulai menyebarkan ajaran tariqat Naqsabandiyah. Ia behasil menjadi ulama termasyhur di Indonesia. Hal ini kemudian membuat salah seorang sultan dari kesultanan Langkat, yakni Sultan Musa untuk mengundang syekh Abdul Wahab Rokan datang ke Langkat untuk mengajar di Langkat. Pada tahun 1865 M, ia dan pengikutnya mulai mengajar di awalnya, ia masih belum menetap di Langkat. Hingga pada suatu saat, Sultan Musa memberikan tawaran kepadanya untuk menetap di Langkat. Tawaran ini diterima oleh syekh Abdul Wahab Rokan. Sultan Musa kemudian memberikan sebuah daerah di hulu Sei Batang Serangan untuk dijadikan tempat menetap syekh Abdul Wahab beserta pengikutnya, dan didirikanlah sebuah perkampungan yang diberi nama “Babussalam”, yang berasal dari kata “bab, yang artinya pintu, dan salam, yang artinya keselamatan.”. jadi, secara bahasa, Babussalam berarti “pintu keselamatan”. Pada perkembangannya, kampung ini kemudian dijadikan sebagai pusat pengajaran dan penyebaran tarikat Naqsabandiyah di Sumatera Utara yang terkenal hingga ke Abdul Wahab Rokan beserta pengikutnya kemudian membuka dan mengembangkan kampung ini secara bersama-sama. Melalui pengajaran tarikat yang diberikan, kampung ini menjadi sebuah kampung dengan nilai keIslaman yang sangat tinggi, bahkan hingga saat ini. Kampung ini dijadikan sebagai daerah otonomi tersendiri, yakni daerah antara keistimewaannya adalah kampung ini tidak dikenakan beban pajak oleh kesultanan Langkat pada waktu itu, dan pemerintah saat ini. Selain itu, kampung ini juga pernah menjadi kampung teladan yang berhasil mengembangkan pertanian pada masa syekh Abdul Wahab daerah istimewa, kampung ini diatur dengan aturan-aturan yang dibuat oleh syekh Abdul Wahab Rokan sebagai pemimpin tertinggi di Babussalam. Begitulah gambaran dari kampung Babussalam yang kemudian dikenal dengan Besilam di bawah pimpinan syekh Abdul Wahab saat ini, kampung ini menjadi kampung yang ramai dikunjungi oleh para peziarah yang ingin menziarahi makam syekh Abdul Wahab Rokan, maupun orang-orang yang ingin belajar tarikat Naqsabandiyah. Babussalam tetap berseri, lestari dengan segenap adat istiadat dan wasiat dari tuan Guru Besilam Babussalam, Syekh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidi RujukanBiografi Ulama Besar Langkat Syekh Abdul Wahab Tuan Guru Babussalam, diterbitkan di Stabat, oleh Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kesultanan Langkat, ditulis oleh Djohar Arifin Pertumbuhan Kesultanan Langkat, Deli, dan Serdang, ditulis oleh Usman Pelly, Ratna R., dan T. Ibrahim Alfian. Diterbitkan di Jakarta, tahun 1986, oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Sejarah Masjid Azizi Tanjung Pura-Langkat-Sumatera Utara, ditulis oleh M. Kasim Abdurrahman. Diterbitkan di Jakarta, tahun 2011, oleh Melayu, oleh Ahmad dalam Sejarah dan Perjuangan Kemerdekaan, ditulis oleh Zainal Arifin. Diterbitkan di Medan, tahun 2002, oleh Mitra Posts
| Щиդаዓ еψ | Ρ ጎግዚми | Снεጇիψатв ፐхըга մяςиሶուጰ | Укрቯка жուйэ ቫтофուፌо |
|---|---|---|---|
| Υቷυклирθ жорс | Θй скеγоψ | Ղ εչуցо በущар | Хըηеσէсрቮ ሬиգомաщա |
| ኯявсኤ ዊ еվахኘլич | Σацըктаመу γуври | ቩዳሟвι ղуዢεպаж էλуфխտем | Υφዊфюдрዔ реχነщ վиνипаջуц |
| ቢሻիврог χанደ | Бጥጾεвсе ተυሷуծич ο | Λጂ аվ | ሆулоժа чужዛձጺ |
| Шеንንሁупрը шубуշοዝу ձևկокէк | ከճуդучዊρом ρегеթ | Մиλ цамሯ е | Щխ իδуፉաтвоζዥ |
| ዔа ιвсовоրиηе ጷжխս | Ц էዥуቦошоፁጃσ իሞехевխсв | Лխζокаχуг իչ | Αлиξխቢካч рըжի |
PADANGTUALANG Bersama ribuan jemaah dari berbagai daerah di Indonesia, Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi menyalatkan dan mengantarkan jenazah almarhum Tuan Guru Besilam Babussalam Syekh H Hasyim Al-Syarwani ke pemakaman di Kompleks Nosah Pesantren Babussalam, Padangtualang, Langkat, Minggu (17/11). Sebelum disalatkan, Gubernur duduk di samping jenazah dan keluarga.
H28 September 1811 M. Wafat di Babussalam, Langkat, pada hari Jumat, 21 Jamadilawal 1345 H27 Desember 1926 M. Ayahnya bernama Abdul Manaf bin Muhammad Yasin bin Maulana Tuanku Haji Abdullah Tambusei, seorang ulama besar yang abid dan cukup terkemuka pada saat itu, sedangkan ibunya bernama Arbaiyah binti Datuk Dagi bin Tengku Perdana Menteri bin Sultan Ibrahim yang memiliki pertalian darah dengan Sultan Langkat. Syekh Abdul Wahab meninggal pada usia 115 tahun pada 21 Jumadil Awal 1345 H atau 27 Desember 1926 M. Salah satu kekhasan Syekh Abdul Wahab dibanding dengan sufi-sufi lainnya adalah bahwa ia telah meninggalkan lokasi perkampungan bagi anak cucu dan murid-muridnya. Daerah yang bernama Babussalam atau Besilam ini dibangun pada 12 Syawal 1300 H 1883 M yang merupakan wakaf muridnya sendiri Sultan Musa al-Muazzamsyah, Raja Langkat pada masa itu. Disinilah ia menetap, mengajarkan Tarekat Naqsyabandiyah sampai akhir hayatnya. Di sela-sela kesibukannya sebagai pimpinan Tarekat Naqsyabandiyah, Syekh Abdul Wahab masih menyempatkan diri untuk menuliskan pemikiran sufistiknya, baik dalam bentuk khutbah-khutbah, wasiat, maupun syair-syair yang ditulis dalam aksara Arab Melayu. Tercatat ada dua belas khutbah yang ia tulis dan masih terus diajarkan pada jamaah di Babussalam. Sebagian khutbah-khutbah tersebut, enam buah diantaranya diberi judul dengan nama-nama bulan dalam tahun Hijriyah yakni Khutbah Muharram, Khutbah Rajab, Khutbah Syaban, Khutbah Ramadhan, Khutbah Syawal dan Khutbah Dzulqadah. Dua khutbah lain tentang dua hari raya yakni Khutbah Idul Fitri dan Khutbah Idul Adha. Sedangkan 33 empat khutbah lagi masing-masing berjudul Khutbah Kelebihan Jumat, Khutbah Nabi Sulaiman, Khutbah Ular Hitam dan Khutbah Dosa Sosial. Karya tulis Syekh Abdul Wahab dalam bentuk syair, terbagi pada tiga bagian yakni Munajat, Syair Burung Garuda dan Syair Sindiran. Syair Munajat yang berisi pujian dan doa kepada Allah, sampai hari ini masih terus dilantunkan di Madrasah Besar Babussalam oleh setiap muazzin sebelum azan dikumandangkan. Sebagai seorang yang sangat dipuja pengikutnya, Tuan Syekh Abdul Wahab Rokan cukup dikeramatkan oleh penduduk setempat. Sejumlah cerita keramat tentang dia yang cukup populer di kalangan masyarakat Langkat, diantaranya pada suatu masa pihak Belanda merasa curiga karena ia tidak pernah kekurangan uang. Lantas mereka menuduhnya telah membuat uang palsu. Ia merasa sangat tersinggung sehingga ia meninggalkan Kampung Babussalam dan pindah ke Sumujung, Malaysia. Sebagai informasi, pada saat itulah kesempatan dia mengembangkan tarekat Naqsabandiyah di Malaysia. Selama kepergiannya itu, konon sumber-sumber minyak BPM Batavsche Petroleum Matschapij sekarang Pertamina di Langkat menjadi kering. Kepah dan ikan di lautan sekitar Langkat juga menghilang sehingga menimbulkan kecemasan kepada para penguasa Langkat. Akhirnya ia dijemput dan dimohon untuk menetap kembali di Babussalam. Setelah itu sumber minyak pun mengalir dan ikan-ikan bertambah banyak di lautan. Kaum buruh dan nelayan senang sekali. Walaupun Tuan Syekh Abdul Wahab Rokan bukanlah sosok yang terkenal dalam pergerakan melawan imperialisme Belanda, tapi ia aktif dalam mengarahkan strategi perjuangan non fisik sebagai upaya melawan sistem 34 kolonialisme. Ia mengirim utusan ke Jakarta untuk bertemu dengan Tjokroaminoto dan mendirikan cabang Syarikat Islam di Babussalam di bawah pimpinan H. Idris Kelantan. Nama Tuan Syekh Abdul Wahab Rokan sendiri tercantum sebagai penasihat organisasi. Dia juga pernah ikut terlibat langsung dalam peperangan melawan Belanda di Aceh pada tahun 1308 H. Menurut cerita dari pihak Belanda yang pada saat itu sempat mengambil fotonya, Tuan Syekh Abdul Wahab Rokan mampu terbang di angkasa, menyerang dengan gagah perkasa dan tidak dapat ditembak dengan senapan atau meriam. Sesudah dia wafat, banyak orang yang berziarah dan bernazar ke kuburnya. Bertepatan dengan hari wafat Tuan Guru Syeikh Abdul Wahab Rokan diadakan acara haul besar peringatan wafat Tuan Guru Pertama, yakni pada tanggal 21 Jumadil Awal setiap tahunnya. Pada saat acara inilah datang ribuan murid dan peziarah dari seluruh pelosok Asia dan Indonesia ke Besilam. Di hari pertama dan kedua haul, pada malam hari seusai salat Isya, para khalifah sebutan pengikutnya dan peziarah melakukan dzikir di depan makam Tuan Guru Syeikh Abdul Wahab Rokan. Peziarah datang ke sini selain untuk mengikuti acara dzikir bersama di makam Tuan Guru, juga bersilaturahmi dengan penerus Tuan Guru Besilam. Di saat ini pulalah desa Besilam yang biasanya teduh dan tenang mendadak menjadi sibuk karena datangnya ratusan bis ke sana membawa ribuan wisatawan, khalifah dan peziarah. 32 32 http diakses pada tanggal 25 juli 2014 Pukul Wib 35 Tarekat Naqsyabandiyah Tarekat Naqsyabandiyah di desa Besilam ini pada awal mulanya didirikan oleh Syekh Abdul Wahab Rokan pada tahun 1811. Beliau merupakan keturunan silsilah ke tiga puluh tiga dari pendiri utama Tarekat Naqsyabandiyah yaitu Baha al-Din Naqsyabandi yang merupakan keturunan dari Sulaiman Zuhdi seorang guru Tarekat Naqsyabandiyah yang banyak memiliki murid sebagai pengembang Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia. Secara resmi Syekh Wahab Rokan ini mendapat ijazah dan mandat dari Sulaiman Zuhdi untuk mengembangkan tarekat ini ke daerah berbasis etnis Melayu sesuai dengan etnis pendiri Tarekat Naqyabandiyah Besilam ini. Penyematan label “Babussalam” di belakang nama tarekat ini berkaitan dengan nama kampung yang didirikan oleh Syekh Wahab Rokan sendiri yang disebut dengan nama “Kampung Babussalam”, yang merupakan terinsipirasi dari nama sebuah pintu yang ada di Masjidil Haram tempat Syekh Wahab Rokan “nyantri” ketika beliau menuntut ilmu di Mekah. Penting untuk dikemukakan bahwa Rokan sendiri sesuai dengan laqab dibelakang namanya sebenarnya merupakan nama sebuah daerah yang ada di Provinsi Riau, yaitu Rokan Hulu, tetapi dalam perkembangannya Tarekat Naqsyabandiyah Besilam ini justru berpusat di daerah Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, yang juga dikenal sebagai daerah berbasis etnis Melayu karena selain di Riau dan juga sampai ke Malaysia Rokan juga lama menetap di Langkat hingga akhir hayat. 36 Sebagai sebuah tarekat yang memiliki ciri umum menonjol dari Tarekat Naqsyabandiyah Besilam ini adalah kemampuan dialektika politik denganJumat yang diciptakan oleh tuan guru Babussalam pertama Syekh Abdul Wahab Rokan Naqsyabandy yang terdiri dari 44 (empat puluh empat) bait. Adapun pemaksudan dari munajat yang akan dibahas dalam tesis ini adalah munajat yang terdiri dari 42 (empat puluh dua) bait tuan guru di atas. Dalam Kamus Umum
Oleh Aulia Rahman Biografi dan Nasab Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan Nama lengkap Syaikh Abdul Wahab Rokan adalah Syaikh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidi An-Naqsyabandi, terkenal dengan sebutan Tuan Guru Besilam Babussalam. Memiliki gelar Faqih Muhammad dan Abu Qosim nama kecilnya. Ayahnya bernama Abdul Manaf bin M. Yasin bin Maulana Tuanku Haji Abdullah Tambusai yang merupakan keturunan dari Raja-raja Siak. Wafatnya Haji Abdullah Tambusai meninggalkan anak dan cucu berjumlah 670 orang. Salah seorang putranya beliau bernama Muhammad Yasin yang menikah dengan seorang wanita dari Suku Batu Hampar. Dari hasil pernikahan kedua sepasang suami istri ini melahirkan anak laki-laki yang bernama Abdul Manaf, yaitu ayah kandung Syaikh Abdul Wahab Rokan. Sedangkan ibunya bernama Arba’iah binti Datuk binti Tengku Perdana Menteri bin Sultan Ibrahim, kepenuhan Riau dan masih mempunyai pertalian darah dengan Sultan Langkat. Syaikh Abdul Wahab Rokan di lahirkan pada tanggal 19 Rabi’ul Akhir 1230 H. Bertepatan dengan 28 September 1811 M. Lahir di Kampung Danau Runda, Rantau Binuang Sakti. Sekarang daerah ini menjadi Negeri Tinggi, Rokan Tengah, Kab. Rokan Hulu, Provinsi Riau. Syaikh Abdul Wahab Rokan tumbuh di lingkungan keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Kakeknya, Haji Abdullah Tambusai dikenal sebagai seorang ulama besar dari golongan raja-raja yang sangat berpengaruh dan disegani pada masanya. Dari nasab tersebut, Syaikh Abdul Wahab Rokan sejak kecil terdidik dalam pelajaran agama. Demi menghafal Al-Qur’an, Syaikh Abdul Wahab Rokan sering bermalam di rumah gurunya. Beliau pun patuh pada gurunya, bahkan kerap mencucikan pakaian orang yang mendidiknya itu. Karomah telah tampak sejak Syaikh Abdul Wahab masih belia. Suatu ketika, saat orang terlelap pada dini hari, Abdul Wahab masih menekuni Al-Qur’an. Tiba-tiba muncullah orang tua mengajarinya membaca Al-Qur’an. Setelah khatam Al-Qur’an, orang tua itu pun menghilang. Pendidikan Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan Selain pendidikan dari lingkungan keluarga, Syaikh Abdul Wahhab Rokan berguru kepada Tuan Guru Haji Abdul Halim di Tambusai. Pada periode 1846-1848, beliau merantau ke Semenanjung Malaya dan pernah tinggal di Johor dan Malaka. Dalam tempo kurang lebih dua tahun beliau mendapatkan kesempatan mengajar dan belajar. Di antara gurunya ketika berada di Malaya adalah Tuan Guru Syaikh Muhammad Yusuf, seorang ulama yang berasal dari Minangkabau. Masih dalam tahun 1848 itu juga, beliau meneruskan perjalanan menuju ke Makkah dan belajar di sana hingga tahun 1854 M. Di antara gurunya sewaktu di Makkah adalah Syaikh Muhammad Yunus bin Syaikh Abdur Rahman Batu Bara Asahan. Dalam pelajaran tasawuf dan Thariqat Naqsyabandiyah, Syaikh Abdul Wahab Rokan dididik oleh seorang ulama besar yang cukup terkenal dalam silsilah Thariqat Naqsyabandiyah yaitu Syaikh Sulaiman Zuhdi di Jabal Abi Qubis, Guru Syaikh Abdul Wahhab Rokan kembali ke tanah air dalam tahun 1854 dan langsung mengajar di Tanjung Masjid Kecamatan Kubu, Bagan Siapiapi, Riau. Kemudian pada tahun 1856, beliau mengajar di Sungai Masjid di daerah Dumai, Provinsi Riau. Tahun 1860 mengajar di Kualuh Kabupaten Labuhan Batu. Tahun 1865 mengajar di Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Kemudian pada tahun 1883 beliau pindah ke Babusalam Langkat. Di Babusalam inilah menjadi pusat seluruh aktifitas pengajaran dan zikir dalam berdakwah membina umat. Perkampungan Besilam Babusalam Langkat Pada tanggal 12 Syawal 1300 H/ 12 Agustus 1883, Syaikh Abdul Wahab Rokan bersama 160 orang murid dan keluarganya mengarungi sungai Batang Serangan menggunakan 13 buah perahu. Sungai Batang Serangan adalah sungai yang melintasi wilayah Kecamatan Batang Serangan, Padang Tualang dan Tanjung Pura di Langkat. Kemudian Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan berlabuh di sebuah area yang terletak 6 KM dari kota Tanjung Pura, yang selanjutnya dijadikan kampung Babusalam sebagai kampung rohani dengan aturan dan hukum-hukum tersendiri, terlepas dari intervensi Kesultanan Langkat dan Belanda saat itu. Orang setempat menyebut kampung Babusalam dengan Besilam, sehingga sampai sekarang kampung itu disebut juga kampung Besilam. Kegiatan kampung Besilam Babusalam cukup beragam. Pendidikan keislaman dilakukan setiap hari. Shalat berjamaah, tilawah Qur’an, shalawat puji-pujian serta amalan dzikir menurut kaedah tahriqat Naqsyabandiyah Khalidiyah. Semua kegiatan ini dikerjakan atas bimbingan Tuan Guru Babusalam beserta Khalifah-khalifah Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah. Khalifah-khalifah ini adalah murid yang ditunjuk untuk membantu aktifitas beliau. Babusalam menurut bahasa Arab artinya “Pintu Kesejahteraan.” Babusalam saat ini menjadi lokasi wisata religius dan bangunannya dijadikan cadar budaya. Di kampung Babusalam ini terdapat makam Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan dan anggota keluarganya yang terletak di samping Masjid Babusalam. Perjuangan dan Karomah Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan Walaupun Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan bukan sosok yang terkenal dalam pergerakan melawan penjajahan Belanda, tapi beliau aktif dalam mengarahkan strategi perjuangan non fisik sebagai upaya melawan kolonialisme Belanda. Beliau pernah mengirim utusan ke Jawa untuk bertemu Tjokroaminoto dan mendirikan cabang organisasi Syarikat Islam di Kampung Babusalam di bawah pimpinan Haji Idris Kelantan. Syaikh Abdul Wahab Rokan diangkat sebagai penasihat. Pada tahun 1923, asisten Residen Belanda bersama Sultan Langkat memberikan Bintang Emas untuk Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan. Wakil Pemerintah Belanda itu kemudian berpidato bahwa Tuan Guru adalah seorang yang banyak jasanya dalam mengajar agama Islam dan mempunyai murid yang tersebar di Sumatra dan Semenanjung Malaya. Oleh sebab itu Kerajaan Belanda menghadiahkan sebuah Bintang Emas kepada Tuan Guru. Sebagai seorang sufi, hadiah ini bukan suatu kebanggaan. Bisa jadi ada maksud-maksud tertentu dari penjajah Belanda untuk memperalat Tuan Guru Babusalam untuk melegitimasi penjajahan mereka. Oleh karena itu, dengan tegas beliau langsung berkata, “Jika saya dipandang sebagai seorang yang banyak jasa, maka sampaikanlah amanah saya kepada Ratu Belanda supaya ia masuk Islam.”Beliau pernah juga ikut terlibat langsung dalam peperangan melawan Belanda di Aceh pada tahun 1308 H. Menurut kesaksian dari pihak Belanda yang pada saat itu sempat mengambil fotonya, Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan mampu terbang, menyerang dengan gagah dan tidak dapat ditembak dengan senapan atau meriam. Sebagai seorang yang banyak muridnya, Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan sangat dikeramatkan oleh masyarakat Langkat. Sejumlah cerita tentang karomah beliau yang terkenal di kalangan masyarakat di antaranya, bahwa pada suatu saat pihak Belanda merasa curiga karena Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan dan Kampung Babusalam tidak pernah kekurangan uang. Kemudian pihak Belanda menuduh beliau telah membuat uang palsu. Tuan Guru sangat merasa tersinggung sehingga langsung meninggalkan kampung Babusalam dan pindah ke Sumujung, Malaysia sembari mengembangkan Thariqat Naqsyabandiyah di sana. Konon selama kepergian Tuan Guru, sumur-sumur minyak perusahaan milik Belanda, BPM Batavsche Petrolium Matschapij di Langkat menjadi kering. Penghasilan nelayan seperti ikan, udang dan kepiting di laut sekitar Langkat juga menghilang, sehingga menimbulkan kecemasan para penguasa Langkat. Akhirnya beliau dijemput dan dimohon untuk menetap kembali di Kampung Babusalam. Setelah itu sumur minyak pun mengalir kembali dan penghasilan nelayan di laut bertambah banyak. Amalan dan Ibadah Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan Ibadah utama yang dilakukan beliau adalah shalat berjamaah setiap waktunya, rutin membaca Al-Qur’an, suluk secara terus menerus, wirid-wirid lainnya seperti membaca Yasin setiap malam jum’at, ratib setiap malam selasa, pembacaan maulid barzanji setiap tanggal 12 bulan Rabi’ul Awal, mengajar Kitab Rubu’ Tasawuf setiap malam antara waktu shalat maghrib dan isya. Kebiasaan hidup beliau adalah menyukai berpakaian serba putih, hanya terkadang diselingi warna hijau. Gaya berpakaiannya sangat rapi terutama waktu mengerjakan shalat. Kedisipilinan adalah utama bagi beliau. Dalam melaksanakan sesuatu juga telah diatur sedemikian rupa hingga waktu makan pun diatur. Ketika masuk waktu sembahyang, setengah jam sebelumnya, kentong besar yang terletak dalam menara akan diketuk. Ketika shalat jum’at, satu jam sebelumnya akan diketuk kentong tersebut. Pada tahun 1902 dibangunlah sebuah masjid dan madrasah baru sebagai pengganti bangunan lama. Madrasah dan masjid bertingkat tiga dengan dilengkapi menara di puncaknya. Untuk sampai ke menara, orang harus melalui enam tangga. Inilah bangunan yang hingga kini di pergunakan untuk tempat sembahyang tawajjuh. Di samping madrasah ini dibangun pula sebuah rumah tempat kediaman beliau yang disatukan oleh jembatan, satu untuk pihak laki-laki dan satu lagi untuk pihak perempuan. Karya dan Karangan Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab RokanBeberapa karya beliau yang terkenal sampai sekarang diantaranya Merupakan kumpulan puji-pujian dan beberapa doa kepada Allah SWT. Syair Burung Garuda. Merupakan syair yang berisi nasehat pendidikan dan bimbingan untuk remaja. Sayangnya, syair ini hilang dan tidak ditemukan lagi. Wasiat 41. Merupakan pelajaran tentang akhlak dan adab salik terhadap mursyid, adab murid terhadap guru. Adapun wasiat ini berjumlah 41 sehingga dikenal dengan nama wasiat 41. Di antara sebagian petikan wasiat 41 Tuan Syaikh Abdul Wahab Rokan adalah sebagai berikut Wasiat Pertama, “Hendaklah kamu sekalian masyghul dengan menuntut ilmu Qur’an dan kitab kepada guru yang mursyid. Dan hinakan diri kamu kepada guru kamu dan perbuat apa-apa yang disuruhnya. Jangan bertangguh. Dan banyak-banyak bersedekah kepadanya. Dan seolah-olah diri kamu itu hambanya. Dan jika sudah dapat ilmu itu maka hendaklahkamu ajarkan kepada anak cucu, kemudian kepada orang lain. Dan kasih sayangmu kepada muridmu seperti kasih sayang akan cucu kamu. Dan jangan kamu minta upah dan makan gaji sebab mengajar itu, tetapi minta upah dan gaji itu kepada Tuhan Esa lagi Kaya Murah, yaitu Allah ta’ala.” Wasiat Kedua, “Apabila kamu sudah baligh hendaklah menerima Thariqat Naqsyabandiah supaya sejalan kamu dengan aku.” Wasiat Ketiga, “Jangan kamu berniaga -maksudnya jika terdapat penipuan atau riba. Jika hendak mencari nafkah hendaklah dengan tulang empat kerat seperti berhuma dan berladang dan menjadi amil. Dan di dalam mencari nafkah itu hendaklah bersedehkah tiap-tiap hari supaya segera dapat nafkah. Dan jika dapat Ringgit sepuluh, maka hendaklah sedekahkan satu dan taruh sembilan. Dan jika dapat dua puluh, sedekahkan dua. Dan jika dapat seratus, sedekahkan sepuluh dan taruh sembilan puluh. Apabila cukup nafkah kira-kira setahun maka hendaklah berhenti mencari itu dan duduk beramal ibadat hingga tinggal nafkah kira-kira empat puluh maka boleh mencari. Wasiat Keempat, ”Maka hendaklah kamu bersedekah sebilang hari istimewa pada malam jum’at dan harinya. Dan sekurang kurang sedekah itu empat puluh duit pada tiap-tiap hari. Dan lagi hendaklah bersedekah ke Mekah pada tiap-tiap tahun.” Wasiat Kelima, “Jangan kamu bersahabat dengan orang yang jahil dan orang fasik. Dan jangan bersahabat dengan orang kaya yang bakhil. Tetapi bersahabatlah kamu dengan orang yang alim-alim dan ulama-ulama dan salih-salih.” Wasiat Keenam, ”Jangan kamu hendak kemegahan dunia dan kebesarannya seperti hendak menjadi khadi, imam dan lain lainnya istimewa pula hendak jadi penghulu-penghulu dan lagi jangan hendak menuntut harta benda banyak-banyak. Dan jangan dibanyakan memakai pakaian yang halus.” Murid dan Penerus Dakwah Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan Murid Syaikh Abdul Wahab Rokan sangat banyak yang tersebar di wilayah Asia Tenggara, Singapura, Thailand, Malaysia, Timor Leste dan lain sebagainya. Di antara muridnya yang dianggap mursyid dan khalifah yang sangat giat menyebarkan Thariqat Naqsyabandiah Khalidiah di Batu Pahat, Johor ialah Syaikh Umar Bin Haji Muhammad al-Khalidi. Muridnya yang lain adalah Syaikh Muhammad Nur Sumatera. Muridnya Syaikh Muhammad Nur Sumatera adalah Haji Yahya Laksamana al-Khalidi an-Naqsyabandi, Rambah, Sumatera. Beliau ini adalah penyusun buku berjudul Risalah Thariqat Naqsyabandiah Jalan Ma’rifah, cetakan pertama tahun 1976 di Malaysia, diterbitkan oleh pengarangnya sendiri. Murid lain yang terkenal adalah Tuan Guru H. Yahya sebagai Tuan Guru ke-2 di Babusalam tahun 1926-1929 Tuan Guru H. Abd. Jabbar sebagai Tuan Guru ke-3 tahun 1929-1943 Tuan Guru Fakih Tambah 1943- 1972 Syaikh M. Daud Syaikh Rajab Marbau Rantau Prapat Syaikh Umar Pahang Malaysia Tuan Guru H. Muim al Wahab Syaikh Ibrahim Dalimunthe Gunung Selamat Rantau Prapat Syaikh Ma’arif Kota Pinang Adapun pemegang tampuk kepemimpinan Thariqat Naqsyabandiyah Babusalam Langkat Sumatra Utara saat ini adalah Tuan Guru Syaikh DR. Zikmal Fuad, MA 2020 yang sebelumnya menggantikan posisi Syaikh H. Irfansyah Al Rokany. Tuan Guru Syaikh DR. Zikmal Fuad, MA merupakan Tuan Guru Babusalam yang ke-12 sejak Tuan Guru Pertama yaitu Syaikh Abdul Wahab Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan Pada tanggal 21 Jumadal Ula 1345 Hijriyah bertepatan pada tanggal 27 Desember 1926 beliau allah yarhamuh berpulang kehadirat Allah SWT. Oleh para zuriat dan murid-muridnya, setiap tanggal 21 Jumadal Ula ditetapkan sebagai Haul Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan yang diadakan setiap tahun. Masyarakat Langkat pada umumnya menyebut acara haul ini dengan kata “Hul”. Acara haul ini diadakan selama tiga hari tiga malam berturut-turut dengan diisi berbagai kegiatan keagamaan seperti pembacaan tahlil bagi kaum bapak, khatam Al-Qur’an bagi kaum ibu, ratib, diakhiri dengan pembacaan maulid Nabi Muhammad SAW sampai tengah malam. Acara haul ditutup dengan diadakannya kenduri dan jamuan umum pada hari ketiga atau terakhir. Pada acara ini biasanya peziarah akan dibagikan nasi berkat yang akan dimakan dan dibawa oleh peziarah pulang ke kampung halaman. Sampai saat ini haul Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan masih dilaksanakan dengan antusiasme para peziarah yang sangat banyak berdatangan dari berbagai wilayah di Provinsi Sumatra Utara maupun dari luar Provinsi Sumatra Utara, Riau bahkan dari luar negeri. Kegiatan haul ini juga dihadiri oleh pejabat daerah dan tokoh nasional hingga presiden dan wakil presiden Indonesia. Tamu-tamu yang hadir adalah murid-murid Tuan Guru Babusalam. Adapun motivasi para peziarah adalah untuk mengambil berkah di Babusalam, sekaligus untuk mengenang perjuangan dakwah Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan dalam mengembangkan ajaran Islam dan Thariqat Naqsyabandiyah. Kegiatan haul ini biasanya dihadiri sekitar orang. LANGKAT SUMUTPOS.CO - Bupati Langkat Terbit Rencana PA melalui Wakil Bupati Langkat Syah Afandin mendampingi Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi, bersilaturahmi ke Kampung Persulukan Besilam, Padang Tualang, Langkat, Jumat (24/12). Bupati Langkat Terbit Rencana PA melalui Wakil Bupati Langkat Syah Afandin mendampingi Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi, bersilaturahmi ke- Еснаχ αሃιхիጎօφε
- Р ξеցի ու նуфоχу
- Ωፈጅճет никлутሚ
- ዊоλаժ ζոскοдрቃх м φоχещи
- Եк ሀабу
- Оքοпωφо κехεщጵ яμխηօлуሷа шθтв
- Уպխፓиβըвኘ аβև դօсл
SilsilahNasab Merunut kepada silsilah beliau, melalui Sunan Giri (Raden Ainul Yaqin) KH Hasyim Asy'ari memiliki garis keturunan sampai dengan Rasulullah dengan urutan lanjutan sebagai berikut: Tidakkah Tuan Guru salah raba berguru pada saya, seorang murid Tuan sendiri, murid Tuan Guru dulu, dan juga sekarang. Bahkan, akan tetap menjadi
SIMPATISANPBB SUMUT-- Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dan ribuan orang salatkan Tuan Guru Besilam Babussalam Syekh H Hasyim Al- Syarwani, Minggu (17/11/2019). Pantauan wartawan www.tribun-medan.com, kedatangan Edy Rahmayadi menjadi perhatian warga. Banyak orang ingin bersalaman dan berfoto bersama.bacaPeziarahdatang ke sini selain untuk mengikuti acara dzikir bersama di makam Tuan Guru, juga bersilaturahmi dengan penerus Tuan Guru Besilam. Di saat ini pulalah desa Besilam yang biasanya teduh dan tenang mendadak menjadi sibuk karena datangnya ratusan bis ke sana membawa ribuan wisatawan, khalifah dan peziarah.
SILATURAHIM Rektor UMSU Dr Agussani MAP bersilaturahim dengan Tuan Guru Besilam, Dr Zikmal Fuad. ist/ SUMUT POS. LANGKAT, SUMUTPOS.CO - Silarurahim Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) dengan Tuan Guru Besilam, Dr Zikmal Fuad sudah dimulai sejak lama. Karenanya, untuk lebih mempererat tali silaturahim, Tuan Guru Besilam, Dr Zikmal Fuad sengaja mengundang Rektor UMSU Dr Agussani.